Kepala Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono mengatakan pesawat Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT-610 yang jatuh di Perairan Karawang, Jawa Barat tidak meledak di udara. Bahkan mesin pesawat juga disebut sempat menyala di dalam air.
Kata dia, pesawat tersebut meledak setelah menyentuh perairan di Pantai Pakis, Karawang, Jawa Barat.
Soerjanto meyakini hal ini setelah melihat serpihan-serpihan pesawat yang tersebar di radius tidak lebih dari 500 meter.
"Laporan yang kita wawancara tugboat, mereka lihat ada sesuatu yang masuk ke dalam air, setelah itu tugboat lepas tongkang, ada serpihan-serpihan pada radius tidak lebih dari 500 meter, ini tandakan bahwa pesawat alami pecah ketika bersentuhan dengan air, impact dengan air," ujar Soerjanto saat menjelaskan proses evakuasi di hadapan ratusan keluarga korban, di Hotel Ibis, Cawang, Jakarta Timur, Senin (5/11).
Soerjanto juga menyebut mesin pesawat sempat menyala di dalam air dengan posisi pesawat masih dalam keadaan utuh sesaat setelah jatuh ke dalam perairan Karawang.
Hal itu ditandai dengan temuan salah satu mesin oleh tim pencarian dan evakuasi pesawat yang terbang dari Jakarta menuju Pangkalpinang pada Senin 29 Oktober 2018 pekan lalu.
Menurut Soerjanto, mesin pesawat juga sedang dalam kecepatan tinggi saat terjun dari udara menuju perairan. Akibatnya, saat sudah berada di dalam air, mesin pesawat sempat masih dalam keadaan hidup.
"Mesin ini menyentuh air dalam keadaan hidup ditandai dengan hilangnya turbin dan kompresor impact, dalam air mesin hidup dengan kecepatan tinggi," kata Soerjanto.
"Pesawat sentuh air dalam keadaan utuh. Mesin sentuh air dalam keadaan hidup, ditandai dengan turbin dan kompresor, mesin dalam keadaan hidup, putaran tinggi. Dari mesin tidak ada masalah," ujarnya. (tst/dea)